Cekcok di Motor, Suami Istri Tewas
* Beserta Anaknya Tabrak Truk
KEDIRI | SURYA.CO.ID – Akibat dipenuhi emosi saat berkendaraan di jalan raya, tragedi menimpa Ponidi sekeluarga. Pria 45 tahun itu tewas seketika bersama istrinya Ismi, 26, dan seorang anak mereka setelah motor yang dikendarai Ponidi menabrak truk di Jalan Raya Dusun Bondo, Desa/Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jumat (10/7) pagi.
Dalam perjalanan pulang dari Pasar Wates menaiki sepeda motor Honda Prima pada pagi itu, Ponidi dan istrinya terlibat adu mulut. Kemarahan yang bergejolak karena cekcok tersebut rupanya membuat Ponidi seperti kesetanan dalam memacu motornya. Teriakan istri dan tangisan anaknya Alvina, 3, yang menginginkan kecepatan motor dikurangi, tak digubris sehingga berujung pada petaka.
Menurut keterangan yang digali Surya, Jumat (10/7) pagi sekitar pukul 06.00, keluarga asal Dusun Brumbung, Desa Sumberagung, Kecamatan Wates ini pergi ke Pasar Wates –yang berjarak sekitar 5 km dari rumah mereka. Keluarga Ponidi hendak berbelanja barang-barang kebutuhan dapur untuk acara selamatan.
Ponidi menyetir motor Honda Prima nopol AG 4078 GG miliknya, sedangkan anaknya Alvina duduk di jok bagian tengah dengan diapit ayah-ibunya. Tidak diketahui jelas apakah saat berangkat Ponidi dan istrinya sudah bertengkar. Yang pasti, perjalanan menuju ke pasar berlangsung lancar.
Namun setelah tiba di Pasar Wates, terutama saat membeli daging ayam, Ponidi dan Ismi terlibat percekcokan dan sempat menarik perhatian para pedagang di pasar. “Ternyata korban kecelakaan itu keluarga yang saat di pasar sudah saling marah-marahan,” kata Warsini, 40, seorang penjual sayur di Pasar Wates.
Ketika barang-barang kebutuhan selesai dibeli dan mereka hendak pulang, perang mulut ternyata belum berhenti. Dalam situasi seperti itu, emosi Ponidi justru meninggi. Dalam perjalanan pulang, dia pun memacu kecepatan motornya. Sekitar 1 km meninggalkan pasar, Ponidi yang tak memakai helm itu terlihat tambah ngebut. Saking kencangnya lari motor Ponidi, sampai-sampai peci hitam yang dikenakannya lepas dan melayang. Begitu juga dengan topi Alvina anaknya, yang menyusul melayang.
Sejumlah saksi mata mengatakan, Honda Prima itu menyalip beberapa kendaraan lain di depannya. Teriakan Ismi yang meminta mengurangi kecepatan, tak dihiraukan Ponidi. Tangisan Alvina sepanjang perjalanan juga tak menyurutkan emosi ayahnya. Bahkan Ismi terlihat sempat pula menarik-narik baju Ponidi, tampaknya bermaksud agar suaminya itu tidak ngebut.
“Ketika melihat ada peci dan topi anak kecil melayang jatuh, saya mengambilnya. Saya berpikir untuk mengejarnya, mengembalikan barang itu. Belum sempat saya mengejar, ternyata motor itu sudah mengalami tabrakan,” kata Tondo, 45, tukang tambal ban yang rumahnya berjarak sekitar 1 km dari TKP.
Tondo sempat mendengar Ponidi dan istrinya seperti saling teriak di tengah laju kencang sepeda motor mereka. Selain itu, persis di depan rumah Tondo, Ponidi berjalan ke tengah hingga memakan lajur jalan di arah berlawanan.
Beberapa pengendara motor dari arah berlawanan bergegas menepi ketika motor Ponidi meluncur melebihi garis tengah jalan. Mereka merasa miris melihat motor itu ngebut. Akhirnya, kekhawatiran mereka menjadi kenyataan.
“Banyak orang mendengar jeritan perempuan sangat keras sebelum tabrakan. Jeritan baru terhenti bersamaan dengan suara tabrakan yang sangat keras. Saya melihat tiga manusia meninggal,” kata Warsiti, 35, saksi mata yang rumahnya persis di depan TKP (Tempat Kejadian Perkara), yang berdekatan dengan SPBU Wates.
Motor Honda itu akhirnya disambar oleh truk Fuso bermuatan pasir dari arah berlawanan, yang disopiri Nurhadi, 45. “Saya tidak tahu, tiba-tiba motor itu belok ke kanan, melebihi garis tengah jalan. Saya sudah tidak mungkin lagi menghindarinya,” kata Nurhadi yang asal Desa Tawang, Wates.
Terpukul
Ponidi bersama istri dan anaknya menghantam bagian tengah truk di sisi kanan. Motor bersama pengendara dan penumpangnya masuk kolong truk. Mereka terlindas, tewas seketika, dengan luka sangat parah.
Seperti motornya yang sudah menjadi bangkai dan tidak berbentuk lagi, tubuh suami-istri dan anak itu juga mengalami nasib serupa. Petugas polisi dibantu warga harus memungut sebagian anggota tubuh korban yang tercecer. Mereka ditemukan terpencar memenuhi jalan selebar kurang lebih 6 meter.
“Kasihan anaknya yang masih balita. Dalam kondisi mental tidak stabil dan emosi, pengendara seharusnya berhenti dulu,” kata petugas polisi yang datang ke TKP. Polisi menduga kuat korban cekcok di atas motor yang melaju. Diperkirakan, ketika tabrakan, motor Ponidi melaju dengan kecepatan di atas 80 km/jam.
“Kami masih menindaklanjuti informasi dari para warga yang jadi saksi mata,” kata Kepala Unit Laka Polres Kediri, Iptu Moh Amin.
Para korban yang sudah dalam kedaan tewas langsung dievakuasi ke RS Bhayangkara Kediri. Petugas mengamankan bangkai motor yang sudah tak berbentuk lagi, serta truk yang bodinya masih utuh. Sopir truk juga langsung dibawa ke kantor Polres Pare. Namun polisi melihat tidak ada unsur kesalahan pada sopir.
Sementara itu, keluarga Ponidi sangat terpukul dengan musibah tersebut. Keluarga dan kerabatnya langsung berkumpul di rumah duka menanti kedatangan jenazah. “Sebelum ke pasar, Ponidi mau mampir ke Blimbing untuk mengobati penyakit sesak nafasnya,” kata Poniman, 55, kakak Ponidi.
Saat ditanya tentang penyebab cekcok antara Ponidi dan Ismi istrinya yang 19 tahun lebih muda, keluarga mengaku tidak tahu persis. Malahan, menurut mereka, selama 10 tahun menikah, Ponidi-Ismi tampak berbahagia dengan dua anak mereka.
“Ponidi sudah pernah menikah tiga kali. Dengan Ismi mendapat satu anak, yaitu Alvina. Satu anak lagi dari istri sebelumnya,” jelas Poniman. Poniman mengaku sangat kehilangan karena adiknya dikenal pekerja keras. Ponidi sehati-hari bertani, sedangkan Ismi menjual makanan ringan di TK Brumbung.
“Saya tadi pagi kaget, kok tiba-tiba saya dititipi Ponidi uang Rp 5 juta, sisa hasil penjualan tebu dan sapi. Malah ada Rp 1 juta yang disimpan di belandar, terjepit genteng kandang sapi. Ini rupanya firasat Ponidi bakal pergi selamanya,” kata Poniman kepada Surya. k2
Lokasi: Jalan Raya Kediri-Wates, Dusun Bondo, Desa-Kecamatan Wates, dekat SPBU Wates, Kediri.
1. Jumat (10/7) pukul 06.00, Ponidi, 49, bersama istrinya Ismi, 26, dan anak balitanya Alvina, 3, naik Honda Prima AG 4078 GG dari rumahnya di Desa Sumberagung, Kecmatan Wates, menuju Pasar Wates. Semua tanpa helm.
2. Di Pasar Wates, Ponidi dan Ismi berselisih. Mereka mulai cekcok saat membeli ayam. Selama berbelanja dan ketika barang-barang keperluan dapur telah terbeli untuk dibawa pulang, mereka masih saja adu mulut.
3. Di atas sepeda motor dalam perjalanan pulang ke rumah, suami-istri yang berboncengan beserta anaknya itu masih meneruskan cekcok. Ponidi kerap menyalip kendaraan di depannya.
4. Di dekat SPBU Wates, dari arah berlawanan (barat) melaju truk AG 9940 P yang disopiri Nurhadi, 45, warga Desa Tawang, Wates. Motor Ponidi yang lari kencang dari arah timur, tiba-tiba belok ke tengah sehingga disambar truk.
5. Ketiga anggota keluarga ini masuk kolong truk. Ponidi, istri dan anaknya terlindas ban belakang. Ketiganya tewas seketika dengan luka parah dan bagian tubuhnya terpotong.